“Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari,” (QS. asy-Syams: 1)
Tatkala
Allah bersumpah atas nama makhluk-Nya, itu menandakan makhluk tersebut memiliki
posisi yang amat penting dalam kehidupan. Pun begitu dengan matahari.
Terbayangkah apa yang terjadi pada kehidupan ini bila tak ada matahari?
Maka, mari
sejenak kita mentafakkuri (memikirkan) serta mentadabburi (merenungi) perihal
matahari. Bukankah Allah ciptakan ia juga sebagai bahan pembelajaran bagi kita?
“Dan Dia
menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang
itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami
(nya),” (QS. an-Nahl: 12)
“Maka apakah
(Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan
(apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl: 17)
Apa saja
pelajaran yang bisa kita ambil dari matahari?
Pertama,
matahari tahu kapan harus terbit dan kapan harus tenggelam. Proporsional. Tidak
show off berlebihan. Ini mengajarkan kepada kita untuk tahu diri, tidak
serakah, tahu kapan harus bertindak di depan umum dan kapan harus diam di balik
layar, tidak mengambil jatah kesempatan orang lain untuk berbuat.
Kedua, matahari
punya kedisplinan yang tinggi. Ia tidak pernah terlambat terbit dan tenggelam.
Jadwalnya telah tertata rapi, tetap terjaga. Selain itu, ia beredar sesuai
garis edarnya. Bisa dikatakan, matahari itu disiplin waktu dan dispilin tempat.
“Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaasin: 40)
Dari sini
kita bisa belajar kedispilinan dan menjaga waktu yang kita miliki. Tidak
terlambat dan tidak menunda dalam hal apapun.
Di sisi
lain, kita pun perlu berusaha untuk tetap berada di ‘garis edar’ kehidupan,
yakni apa yang Allah firmankan dalam al-Qur’an dan apa yang Rasulullah Saw
ajarkan dalam as-Sunnah. Terbayangkah apa jadinya bila tata surya ini keluar
dari garis edarnya dan berevolusi seenaknya? Pasti hancur! Ya, seperti itu pula
yang terjadi bila manusia hidup seenaknya dan keluar dari ‘garis edar’ yang
telah Allah gariskan. Hancur!
Garis edar
matahari juga mengajarkan kita untuk proporsional dalam menjalani kehidupan,
tidak berlebih-lebihan (ekstrem kanan) dan tidak pula mudah menggampangkan atau
menyepelekan (ekstrem kiri). Pertengahan saja. Seperti matahari, ia tidak
terlalu jauh tapi tidak pula terlalu dekat dari bumi. Jaraknya tepat. Itulah
yang membuatnya selalu menghangatkan. Maka jadilah pribadi pertengahan, yang
tidak possesive tapi juga tidak teramat cuek.
Ketiga,
kehadiran matahari itu memberikan manfaat yang besar. Keberadaannya membantu
proses fotosintesis dedaunan, memungkinkan penguapan air pada siklus hujan, dan
lain sebagainya. Seyogyanya begitu pula seharusnya kita, berbeda antara ada dan
tiadanya. Adanya menjadi sumber manfaat bagi sekelilingnya, sehingga tatkala ia
tidak ada, mereka merindukannya, seolah ada sesuatu yang hilang.
Keempat, matahari
memberikan sinarnya tidak pandang bulu. Seluruh sisi bumi mendapatkan sentuhan
hangatnya. Inilah makna keikhlasan. Memberi tanpa memandang yang diberi. Maka
semoga kita pun demikian, memberikan kebermanfaatan secara luas.
Kelima,
untuk dapat bersinar, matahari memiliki kandungan gas yang sangat besar. Gas
tersebut terus terbakar hingga habis saat Kiamat tiba. Apa pelajarannya? Tentu
agar kita bisa memberi manfaat yang besar, ‘kandungan kapasitas’ kita pun harus
besar. Maka asahlah kemampuan kita. Perbanyak keilmuan dan wawasan kita. Dengan
begitu, kita menjadi lebih ‘tajam’ dan lebih berguna daripada mereka yang
‘tumpul’.
Terakhir,
mari kita berdoa,
“Allahumma
nawwir quluubana binuuri hidayatika, kama nawwartal ardha binuuri syamsika abadan
abada, birohmatika yaa arhamar raahimiin.”
(Ya Allah,
pancarkanlah cahaya kepada hati kami dengan cahaya hidayahmu, sebagaimana
Engkau cahayai bumi dengan mataharimu selama-lamanya, dengan kasih sayang-Mu,
wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar