RANGGEUYAN MUTIARA : (1) ulah ngewa ka ulama anu sajaman (2) ulah nyalahkeun kana pangajaran batur (3) ulah mariksa murid batur (4) ulah medal sila upama kapanah - KUDU ASIH KA JALMA NU MIKANGEWA KA MANEH - Pangersa Guru Almarhum

Selasa, 10 Juni 2014

BAHAGIA HARUS DICARI TAPI KEMANA HARUS DIKEJAR

Manaqib - “Ujung dari semua pencaharian manusia waras dalam kehidupannya adalah kebahagiaan. Pencapaian kebahagiaan yang sempurna ditandai dengan ketenangan pikiran (rahah al-baal) dan kedamaian hati (tuma’ninah al-qalb).”


Begitu urai para bijak yang telah berhasil menempuh jalan panjang pengejaran kebahagiaan. Bahagia harus dicari dan diupayakan, tetapi kemana ia harus dikejar?


Para pekerja yang menghabiskan hari-harinya hanya untuk bekerja bukannya tidak ingin bersantai dan berlibur, mereka tengah mengejar impian bahagia yang dalam benaknya hanya bisa digapai dengan perolehan uang yang banyak.



Para politisi berebut jabatan sampai rela bertengkar dan saling menghina bukannya tidak ingin tersenyum dan bersalaman, mereka tengah fokus mengejar jabatan bagaimanapun caranya karena dalam kalkulasi nafsunya jabatan dianggap sebagai jalan tercepat menggapai bahagia.


Para pengusaha berebut proyek dan usaha sampai berani berbuat curang sembari lupa kewajiban shalat, bukannya tidak ingin menikmati dengan penuh syukur apa yang telah didapat, tetapi pikirannya menganggap gelimang harta dalam jumlah yang lebih dari yang dibutuhkan adalah jalan terbaik menggapai bahagia. Semua bergerak mengejar bahagia.


Ketika fakta yang terkuak lebar di media massa dengan gamblang menampilkan politisi kaya yang dipenjara, pejabat kaya yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pengusaha kaya yang dikejar banyak perkara, maka muncullah pertanyaan sederhana, “Bahagiakah mereka dengan uang, jabatan dan gelimang hartanya?”


Kalau jawabannya “ya,” muncul pertanyaan sederhana berikutnya, “mengapa mereka marah, merengut, menangis dan tidak menampakkan wajah senyum bahagia penuh syukur?” Kalau jawabannya “tidak,” maka muncullah pertanyaan yang tidak sederhana jawabannya, “lalu, di mana bahagia itu berada?”


Banyak pakar psikologi membahas tema ini. Rata-rata pakar psikologi positif menyatakan bahwa bahagia tidak terletak pada apa yang kita dapatkan, tetapi pada apa yang kita berikan.


John Izzo dalam bukunya Five Secrets You must Discover before You Die menekankan pencapaian bahagia pada the meaning (makna, fungsi atau manfaat) yang diberikan oleh keberadaan kita pada orang lain dan lingkungan kita.


Lebih lengkap lagi, Martin S.P Seligman dalam bukunya Authentic Happiness menyatakan bahwa bahagia adalah ketika kita memiliki tiga hal: Pleasant Life (life of enjoyment), yakni hidup yang menyenangkan; Good Life (life of engagement) yakni hidup dengan penuh kegiatan yang positif; dan Meaningful Life (life of Contribution) yakni hidup dengan penuh makna, manfaat dan kontribusi pada yang lain.


Al-Qur’an yang diturunkan 15 abad yang lalu, Allah berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. An-Nahl: 97)

Tidak ada komentar :