Manaqib - Dari Sufyan
bin Abdullah RA, ia berkata. “saya berkata,” wahai Rasulullah, katakana
kepadaku sesuatu yang bisa kujadikan pegangan. Beliau menjawab, katakana bahwa
Tuhanku adalah Allah lalu istiqamahlah. Saya berkata, wahai Rasulullah apa yang
paling engkau khawatirkan atas diriku? “Rasulullah menunjuk mulutnya sendiri
dan berkata, ‘ini’. (HR. Muslim)
Kebiasaan
sering membawa kita ke dalam posisi tidak peka terhadap sesuatu yang kita
lakukan, apakah itu baik atau buruk atau bahkan sudah melanggar ketentuan Allah
SWT. Kondisi inilah yang sedang kita alami, dan itu mencakup lintas generasi.
Kebiasaan
itu adalah ghibah (menggunjing saudara kita), di era ini kita dididik
untuk selalu mengghibah saudara kita melalui program-program yang disuguhkan
stasiun televisi. Jikalau kita perhatikan dari program televisi maka suguhan
yang diberikan kepada kita adalah penggunjingan terhadap saudara kita dan itu
lintas waktu. Maka kitapun terbiasa dengan itu, dan indikasinya adalah, ghibah
menjadi tradisi yang biasa saja. Di mana ada perkumpulan maka jamuan utamanya
adalah ghibah, seakan-akan perbuatan tersebut bukan merupakan yang
dilarang dan dimurkai Allah.
Satu sisi,
program televisi berhasil mengubah pola pikir kita tentang ghibah, akan
tetapi di sisi lain kita terbiasa berbuat dosa dengan melakukan ghibah tetapi
bukan seperti dosa, hanya seperti kebiasaan yang dibolehkan.
Padahal di
dalam Islam, Allah sangat murka dengan perbuatan ghibah dan itu
dicantumkan dalam surat al-Hujurat ayat 12, bahwa perumpamaan orang yang berbuat
ghibah adalah seperti orang yang memakan bangkai daging saudaranya.
Di dalam
hadits nabi, salah satu yang menyebabkan kita masuk neraka adalah lisan kita.
Ghibah yang
kita lakukan menjadi sebuah tradisi yang seakan-akan itu bukan dosa, padahal di
zaman para sahabat dahulu, meninggalkan hal yang sunnah saja seakan
meninggalkan perkara yang wajib dan itu menimbulkan kecemasan yang mendalam
pada diri sahabat. Sangat berbanding terbalik dengan kondisi kita, keburukan
yang sudah menjadi tradisi seakan bukan dosa lagi.
Semua ini
menjadi bahan renungan kepada kita semua, bahwa kita perlu waspada terhadap
kebiasaan yang kita lakukan, apakah kebiasaan itu masih dalam koridor yang
diperbolehkan atau malah sudah menyalahi aturan Allah. Dan ini juga bagian dari
introspeksi untuk diri kita, bahwa selayaknya seorang muslim itu selalu dalam
kebiasaan yang mengandung ibadah kepada Allah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar