Manaqib - Adakah orang
yang paling layak diteladani dalam kehidupan ini selain daripada
sahabat-sahabat Rasulullah? Adakah orang yang paling bahagia di dunia ini selain
dari pada sahabat-sahabat Rasulullah?
Rasulullah
bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah zamanku, dan kemudian setelahnya, dan
kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari).
Secara
aqliyah, hadits ini memberikan penegasan yang sangat jelas bahwa umat Islam
dimana dan kapan pun harus meneladani para sahabatnya dalam menjalani kehidupan
ini. Karena para sahabat itu adalah profil sebaik-baik manusia.
Di antara
sahabat ada yang hidup kaya raya tetapi tetap dalam keimanan. Ada yang hidup
sederhana tetapi sangat gemar dalam sedekah. Bahkan ada yang hidup sangat
susah, tetapi tetap bahagia dalam ketaatan dan ketakwaan. Mereka tidak meratapi
kemiskinannya, tetapi malah berpikir bagaimana tidak kalah dalam beramal dengan
sahabat-sahabat lain yang memiliki kemampuan sedekah.
Abu Dzar
berkata, beberapa shahabat berkata kepada Rasulullah. “Wahai Rasulallah,
orang-orang kaya itu mengumpulkan banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami
shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bershadaqah dengan
kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa bershadaqah).”
Beliau
bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang bisa kalian
shadaqahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (subhanallah) adalah shadaqah, setiap
takbir (Allahu Akbar) adalah shadaqah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah
shadaqah, setiap tahlil (laa ilaaha illallaah) adalah shadaqah, menyeru kepada
kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah, dan bersetubuh
dengan istri juga shadaqah.”
Mereka
bertanya, “Wahai Rasulallah, apakah jika di antara kami menyalurkan hasrat
biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat pahala?” Beliau menjawab: “Bukankah
jika disalurkan pada yang haram dia berdosa? Maka demikian pula jika disalurkan
pada yang halal, dia mendapatkan pahala.” (HR Muslim).
Demikian
indah cara pandang para sahabat dalam menjalani kehidupan dunia ini. Mereka
tidak pernah iri dengan harta benda atau kekayaan sahabat yang lain. Yang
mereka khawatirkan justu bagaimana tidak kalah dalam amal sholeh dengan
sahabat-sahabat Nabi yang memiliki kekayaan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar