Mengapa Allah SWT tidak menerima amal kecuali dari mukmin (yang beriman kepada Allah dengan iman yang sesuai syariat Islam)?
Sebab orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tak mengharapkan pahala dari-Nya, tidak takut dengan hukuman-Nya, beramal tanpa pernah menginginkan keridhaan-Nya, dan tak peduli apakah yang mereka lakukan halal atau haram, maka mereka jelas tidak berhak memperoleh ganjaran pahala atas amal mereka meskipun amalnya baik. Karena mereka adalah orang-orang kafir (mengingkari kenabian Muhammad SAW) yang tidak berusaha mencari agama Allah yang benar, tidak mau mendengar penjelasan ilahi yang dibawa oleh para rasul alaihimussalam, di samping itu, jika mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka, mereka mengolok-olokkannya, sehingga wajar kalau amal mereka tertolak dan mereka mendapat sangsi atas kekafiran mereka.
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا [٢٥:٢٣]
“Dan kami hadapi segala amal yang
mereka kerjakan,[1] lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
beterbangan.” (QS. Al-Furqaan: 23).
مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ ۖ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ ۖ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَىٰ شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ [١٤:١٨]
“Orang-orang yang kafir kepada
Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan
keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil
manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang
demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Ibrahim: 18)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ [٢٤:٣٩]
“Dan orang-orang kafir amal-amal
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya.” (24: 39).
Sebagai contoh :
John (misalnya) masuk ke sebuah kebun besar yang bukan
miliknya, ia menemukan beragam buah-buahan di dalamnya, lalu ia makan dan minum
serta melakukan berbagai perbuatan: mencabut beberapa pohon dan menanam pohon
yang lain tanpa seizin pemilik kebun. Sementara Muhsin (misalnya) masuk ke
dalam kebun yang sama namun ia berkata pada dirinya sendiri: “Saya tidak akan
melakukan apa-apa sebelum saya bertemu dengan pemilik kebun atau orang yang
ditugaskan oleh pemilik kebun mewakilinya.” Lalu ia mulai mencarinya. Pada saat
bertemu, pemilik kebun marah dan menolak apa yang dilakukan oleh John tapi John
tidak peduli dan tetap melakukan apa yang ia kehendaki tanpa izin pemilik
kebun. Sedangkan Muhsin mendengarkan dan mentaati semua arahan pemilik kebun.
Siapakah yang berhak mendapat penghargaan dari pemilik kebun, John ataukah
Muhsin? Apakah John berhak mendapatkan ucapan terima kasih apalagi bayaran atas
apa yang telah ia lakukan meskipun baik?
Orang yang berakal pasti berkata bahwa Muhsinlah yang
berhak mendapat penghargaan karena ia menuruti arahan dan aturan pemilik kebun,
sedangkan John tidak memperolehnya karena perintah dan larangan dari pemilik
kebun telah ia ketahui namun ia tak mau peduli, sehingga meskipun ada sebagian
perbuatannya dianggap baik tetap saja ia tidak berhak memperoleh penghargaan.
Demikianlah, bumi ini dan semua isinya adalah milik Allah
secara mutlak, para rasul-Nya adalah wakil Allah di bumi, orang yang beriman
seperti “si Muhsin” yang beramal sesuai petunjuk Allah Penciptanya, dan orang
kafir seperti “si John” yang berperilaku tanpa mau mengikuti petunjuk dan syariat
Allah dan berpaling dari apa yang telah disampaikan rasul-Nya.
B. Pintu Islam :
Dua Kalimat Syahadat (بَابُ الإِسْلاَمِ : الشَّهَادَتَانِ)
Mengapa Islam menjadikan dua kalimat syahadat sebagai
rukun yang pertama?
Sebab kalimat syahadatain kita adalah:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ
Pengakuan dan pernyataan dengan syahadat pertama berarti:
Anda meyakini dan membenarkan bahwa alam semesta ini ada Pencipta yang telah
mengadakannya dari ketiadaan, mengatur dan menyempurnakannya, bahwa Dialah
satu-satunya yang berhak disembah – tak ada sekutu bagi-Nya – bahwa Anda adalah
salah satu ciptaan-Nya. Sedangkan
syahadat kedua berarti Anda beriman, membenarkan dan meyakini bahwa
Muhammad adalah utusan Allah SWT, Dia mengutusnya dengan membawa petunjuk dan
penjelasan tentang hal-hal yang halal yang diridhai-Nya dan penjelasan tentang
yang haram yang menyebabkan murka-Nya, bahwa dengan ketaatan Anda mengikuti
Muhammad SAW berarti Anda telah merealisasikan ketaatan kepada Allah. Dan sudah
sama-sama kita ketahui bahwa jika Anda tidak beriman dengan tauhid maka
syahadat Anda dapat dikatakan batal atau tidak diterima.
JADI, kita harus mempelajari ilmu tauhid agar syahadat
kita diakui, keislaman kita benar, dan agar amal kita diterima di sisi Allah
SWT.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ [٤٧:١٩]
“Maka Ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah.” (QS. Muhammad:
19)
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [٣:١٨]
“Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan.
para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Ali Imran:18).
Oleh karena itu, ilmu tauhid adalah dasar semua ilmu
agama dan sekaligus ilmu yang paling baik.
C. Kesimpulan (الخُلاَصَةُ)
Allah SWT tidak
akan menerima amal orang-orang kafir, Dia hanya menerima amal mereka yang
muslim (beriman kepada Allah sesuai syariat yang dibawa rasul-Nya).
Alasannya:
karena orang kafir bisa jadi melakukan amal yang baik namun tidak menginginkan keridhaan
Pencipta dan Pemilik dirinya bahkan ia tidak peduli apakah Allah ridha atau
murka, maka ia berhak dihukum dan tak berhak mendapat pahala.
Pintu masuk
Islam adalah dua kalimat syahadat. Sedangkan syahadat tidak akan sempurna jika
seseorang tidak mengetahui ilmu tauhid. Oleh karenanya ilmu tauhid adalah ilmu
paling penting menurut agama Islam.
(Materi
Ceramah H. Akbar disampaikan pada Training Da'i Brigade 38 TQN PP
Suryalaya di Pondok Pesantren Internasional Jagat 'Arsy Serpong, Rabu 5
Pebruari 2014).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar