Pada tiap
bagian ilmu, terkandung ciri-ciri tertentu. Ciri ilmu yang bermanfaat adalah
ilmu yang mengantarkan kita semakin mengenal Allah. Inilah ilmu tauhid.
Ciri pertama
ini mengandung makna bahwa dengan semakin berilmu kita semakin mengenal
sifat-sifat, firman-firman, dan ciptaan-ciptaan Allah.
Sebagai
contoh ciri pertama, ketika kita telah mengetahui bahwa Allah Maha Mengetahui
maka pengetahuan kita akan hal ini membuat kita mawas diri agar tidak terjatuh
dalam lembah maksiat. Kita yakin bahwa Allah mengetahui segala apa yang kita
lakukan.
Ketika kita
tahu bahwa Allah Maha Mendengar, maka pengetahuan kita ini akan membuat kita
berhati-hati dalam melontarkan tiap huruf, kata, dan kalimat. Kita yakin Allah
mendengar segala yang terucap oleh lisan kita. Kita akan berusaha dengan
sungguh-sungguh menjaga lisan agar tidak sampai mengucapkan kata-kata yang
tercela di sisi-Nya. Sekali lagi, ciri ilmu bermanfaat yang pertama adalah ilmu
yang mengenalkan kita tentang Allah dalam segala aspeknya.
Ciri kedua
dari ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mengantarkan kita untuk patuh
terhadap segala peraturan Allah, meliputi kewajiban dan larangan-Nya. Semakin
kaya ilmu yang kita miliki semakin kaya pula kita dalam berusaha mengerjakan
semua hal yang diperintahkan dan menjauhi segala hal yang dilarang.
Ciri ketiga
adalah ilmu yang membuat kita tidak bergantung pada dunia dan dekat dengan
akhirat. Bukan sebaliknya, ilmu yang membuat kita ingat dunia tapi lupa alam
akhirat. Berilmu tapi lalai dalam menabung kebaikan bekal kehidupan selanjutnya
adalah kebalikan dari ciri ketiga ini.
Ciri
berikutnya adalah ilmu yang membuat kita semakin sadar terhadap kekurangan diri
sendiri. Semakin kita berilmu, semakin kita sibuk mencari kekurangan diri
sendiri dan tidak menggubris aib dan kekurangan pada diri orang lain.
Singkatnya,
orang yang berilmu bukan yang pandai berdebat, berceramah, mengeritik setiap
orang, tapi ilmu yang membuat kita semakin takut kepada Allah. Pengertian
demikian telah dituangkan Allah dalam firman-Nya:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ
مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ
الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang
yang berilmu). “ (QS.
Fathir [35] : 28).
Sungguh
beruntung mereka yang mau mencari ilmu, mengamalkan, dan mengajarkannya. Mereka
yang memiliki ilmu bermanfaat tentu akan terhindar dari sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi Wassallam berikut:
أَشَدُّ الناَّسِ عَذَاباً يَوْمَ القِياَمَةِ عَالِمٌ
لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ (الطبرانى، وابن عدي، والبيهقى فى شعب الإيمان عن أبى
هريرة)
“Kelak,
manusia yang paling pedih siksanya di hari kiamat adalah orang berilmu yang
tidak bermanfaat ilmunya.” (HR. Thabrani, Ibnu Adiy dan Baihaqi dari Abu Hurairah).
Dalam
doanya, Nabi pernah memanjatkan permohonan kepada Allah agar dilindungi dari
ilmu yang tidak bermanfaat:
اَلَّلهُمَّ إِنِّىْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ
يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسِ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ
لاَ يُسْتَجاَبُ لَهاَ (مسلم عن زيد بن أرقم )
“Ya Allah,
aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak
tenang, jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim dari Zaid bin Arqam).
Cara
Memperoleh Ilmu Manfaat
Menurut Imam
Abdullah Al Haddad dalam bukunya Risalah al-Mu`awanah, keempat ciri ilmu
tersebut dapat diraih dengan rajin membaca dan mengkaji kitab-kitab yang telah
ditulis oleh Imam Al-Ghazali.
“Imam
Ghazali telah menulis banyak buku yang sangat besar manfaat dan mutunya. Hanya
orang yang mantap pandangan batinnya, kokoh agamanya dan sempurna keyakinannya
yang mau mengkaji buku-buku beliau,” tulis Imam Abdullah.
Maka,
seyogiyanya kita selalu mengkaji buku-buku Imam Ghazali jika kita mempunyai
keinginan untuk bisa sampai pada derajat yang mulia.
Melihat pentingnya posisi karya-karya Imam Ghazali, maka tidaklah heran jika di
berbagai tempat buku-bukunya dibaca dan dikaji secara mendalam. Di Tanah Air
sendiri tidak terhitung berapa banyak majelis pembacaan kitab-kitab Imam
Ghazali, khususnya kitab Ihya` Ulumud-Din.
Selain itu,
untuk lebih menyempurnakan syariat, seyogyanya kita juga membaca kitab-kitab
tafsir dan hadits sebagai penjabaran dari al-Qur`an yang merupakan kitab suci
umat Islam. Tujuannya adalah agar kita terhindar dari memahami al-Qur`an secara
harfiyah saja tanpa mengetahui makna yang dikandung di dalamnya.
Membaca buku
tafsir menjadi sangat penting sebab karena buku tafsir ditulis oleh sosok yang
memiliki ilmu al-Qur`an, meliputi sebab turunnya suatu ayat atau surat,
kandungan bahasa, nasikh-mansukh, dan sebagainya. Adapun membaca al-Qur`an
dengan bersandar pada terjemahannya semata tak dapat dijadikan sebagai sebuah
pemahaman yang benar.
Pentingnya
membaca al-Qur`an dengan tafsirnya menjadikan pemahaman kita terhadap isi
kandungan di dalamnya lebih utuh, tidak hanya memahami dari satu sudut
pandangan saja. Begitu pula dalam membaca sebuah hadits. Agar pemahaman kita
terbentuk dengan baik, kita harus merujuk pada keterangan-keterangan para
ulama.
Tidak
terkecuali membaca buku-buku agama. Hanya buku-buku yang ditulis oleh
orang-orang shaleh sajalah yang bisa memperkaya wawasan keagamaan kita.
Demikian halnya membaca buku atas rekomendasi para ulama, seperti yang telah
diterangkan oleh Imam Abdullah Al-Haddad. Meski begitu, janganlah semua buku
para wali Allah kita baca, seperti karangan Ibnu Arabi, atau beberapa karangan
Imam Ghazali yaitu Al-Mi`raj.
Mengapa kita
dilarang membaca buku-buku seperti itu? Setidaknya ada dua alasan.
Pertama, khawatir salah dalam memahami
disebabkan kedangkalan nalar kita. Kedua, khawatir kita menuduh yang
tidak-tidak terhadap Ibnu Arabiy, seorang wali Allah, karena kebodohan diri
kita sendiri.
Sedari dini,
kita perlu melatih diri untuk tidak pernah merasa bosan memburu ilmu. Kehidupan
merupakan universitas yang mengajarkan banyak hikmah dan pelajaran. Ambil,
petik, manfaatkan sebaik-baiknya.
Tidak akan
pernah rugi orang yang selalu haus ilmu dan betapa akan menyesalnya orang yang
melewatkan usianya dalam keadaan miskin ilmu.
Bacalah buku
karya para ulama yang telah teruji oleh sejarah. Buku-buku yang berisi ajakan
kepada Allah dan Rasul-nya, bangkit menuju kemenangan dan kesuksesan.
Tinta-tinta yang dibubuhkan di atas kertas menjelma menjadi sebuah karya untuk
mencerahkan alam pikiran.
Dengan ilmu,
dapat kita munculkan peradaban Islam yang gemilang. Dengan ilmu, kita rebut
kemenangan demi Izzul Islam wal Muslimin. Wallahu A`lam bis Shawab.*
Tidak ada komentar :
Posting Komentar