Manaqib - Ketika suatu saat Nabi bersama sahabatnya
dalam suatu majelis, tiba-tiba datang seseorang pemuda yang menangis.
Nabi bersama para sahabat mempertanyakan apa yang sedang terjadi pada
diri pemuda itu, tetapi ia hanya menjawab saya telah berdosa besar.
Ia tidak mau menceritakan dosa apa yang telah dilakukannya. Dia hanya
menjawab dosa yang dilakukannya dosa paling besar bahkan maha besar.
Nabi bertanya kepada pemuda itu, apakah dosa anda lebih besar dari pada
Allah Yang Maha Besar. Di luar dugaan Nabi dan para sahabat, pemuda itu
menjawab: “Ia, dosa saya lebih besar daripada Tuhan Yang Maha Besar”.
Akhirnya para sahabat marah dan pemuda itu diusir keluar dari majelis
Nabi. Tidak beberapa lama kemudian, Nabi mendapatkan isyarat dari Tuhan
kalau si pemuda itu memilikipenyesalan yang amat dalam.
Nabi
mencari pemuda itu ke sana ke mari akhirnya ia temukan seorang diri
dalam sebuah goa. Ia mengikat dirinya sambil terus menangis. Ketika Nabi
menjumpainya, ia menanyakan, apa sesunugguhnya yang sedang terjadi pada
diri Anda? Kenapa Anda menganggap dosanya lebih besar dari pada Allah
Yang Maha Besar? Ceritakanlah, karena disini tidak ada orang lain selain
kita berdua.
Pemuda itu akhirnya menjelaskan: “Ada seorang
gadis cantik di desa saya, saya sudah lama jatuh cinta tetapi cinta saya
ditolak. Namun gadis itu meninggal. Ketika pengantarnya pulang dari
makam, malam-malam saya gali kuburan gadis itu, saya angkat ke atas
tanah, lalu aku gauli sepuasnya. Setelah selesai, saya tinggalkan dan
membiarkan mayat itu tergeletak.
Setelah berjalan beberapa
langkah, tiba-tiba aku mendengarkan suara gadis itu berkata: ‘Ya Allah,
dosa apa gerangan yang saya lakukan di masa hidupku, kenapa pemuda itu
tega melakukan hajatnya dan membiarkan jasad saya tergeletak di pinggir
makam’. Itulah dosa yang paling besar yang baru saya lakukan,”
Dari situ Nabi terus menasehati pemuda itu, bahwa dosa sebesar apapun
jika kita datang dengan istigfar dan taubat secara sempurna (taubah
nashuha), maka tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni Tuhan. Sebesar
apapun dosa itu, pengampunan Tuhan jauh lebih besar. Siapapun di antara
kita, jangan pernah frustrasi dan putus asa.
Tuhan Maha Tahu
bahwa kita bukan malaikat, tetapi kita sebagai manusia yang memiliki
potensi dan fasilitas untuk berdosa. Namun pada saat yang sama Tuhan
menjanjikan pengampunan bagi para pendosa.
Teruslah kita
beristigfar dan bertaubat. Istigfar ialah mengucapkan dan menghayati
kalimat istigfar: Astagfirullah al-‘Adhim (Aku memohon pengampunan
kepada Allah Yang Maha Besar). Jumlahnya tidak ditentukan namun semakin
banyak semakin baik. Rasulullah mengucapkan kalimat istigfar tidak
kurang100 kali dalam sehari.
Lafaz istiqfar termasuk kalimat
sakral yang sering diwiridkan oleh para praktisi berbagai tarekat.
Khasiat di dalam mewiridkan kalimat istigfar berbeda-beda dirasakan bagi
setiap orang. Yang jelas siapapun secara konsisten mewiridkan kalimat
istigfar siang dan malam maka akan diringankan beban batinnya.
Istigfar belum berarti apa-apa tanpa disertai dengan taubat (akan
dibahas dalam artikel mendatang). Istigfar hanya anak tangga pertama
pada proses bertaubat. Sebanyak apapun istigfar tanpa diikuti proses
pertaubatan tidak akan banyak menolong seseorang.
Namun
demikian, orang yang beristigfar dengan penuh kesungguhan penghayatan
sudah menjadi bagian penting dari taubat. Orang yang rajin beristigfar
akan selalu hidup dalam bimbingan dan pengampunan Allah Swt, sebagaimana
disebutkan dalam hadist: “Orang yang beristighfar, tidak dapat
dikategorikan sebagai orang yang bergelimang dalam dosa, walaupun ia
mengulanginya sampai 70 kali dalam sehari.”
Dalam hadis lain
disebutkan: “Tidak ada dosa kecil selama ia tetap melakukannya secara
terus menerus, dan tidak ada dosa besar selama ia tetap beristighfar.”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar