RANGGEUYAN MUTIARA : (1) ulah ngewa ka ulama anu sajaman (2) ulah nyalahkeun kana pangajaran batur (3) ulah mariksa murid batur (4) ulah medal sila upama kapanah - KUDU ASIH KA JALMA NU MIKANGEWA KA MANEH - Pangersa Guru Almarhum

Rabu, 30 Juli 2014

MENJAGA TRADISI BANGUN DI TENGAH MALAM

Manaqib - Dalam kontek ibadah, aktivitas positif apa pun yang bersumber dari Rasulullah mesti terus dipelihara, dilakukan terus menerus. Seperti, sholat berjama’ah, qiyamul lail, membaca atau mentadabburi Al-Qur’an, menghadiri majelis ilmu, dzikir dan lain sebagainya.

Dalam hal dzikir misalnya, Rasulullah tetap antusias menjalankannya meski di luar Ramadhan, bahkan beliau konsisten membaca salah satu dzikir; istighfar sebanyak 70 kali sehari.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali” (HR. Bukhari).


Maka, sembari bersilaturrahmi atau pun sebelum dan sesudah bersua keluarga, tetangga atau pun sahabat, istighfar harus terus menjadi tradisi yang prioritas dalam kehidupan kita.

Bahkan dalam hadits lain secara implisit Rasulullah memberikan petunjuk praktis mengenai waktu kapan sebaiknya istighfar itu dilakukan.

“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.”(HR. An Nasa’i).

Dengan kata lain, hadits di atas memberikan peringatan secara tidak langsung bahwa sebaiknya umat Islam menjaga tradisi bangun di tengah malam, sehingga bisa sholat Shubuh berjama’ah kemudian bisa dilanjutkan dengan banyak beristighfar.
Sikap


Setelah ibadah, hal penting yang harus tetap dipelihara adalah sikap, utamanya sikap sederhana terhadap makanan. Jika selama berpuasa kita bisa makan secukupnya kemudian meningkat rasa persaudaraan atau solidaritasnya, maka sikap demikian harus tetap dijaga, meski mungkin tidak harus benar-benar sama seperti kala Ramadhan.

Sebab, perintah Allah agar kita peduli berlaku sepanjang hayat dan harus meningkat sepanjang Ramadhan. Dan, yang patut kita ingat, dalam harta kita ada bagian mereka yang Allah tentukan.

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS Adz-Dzariyat [51]: 19).

Sebagian besar ulama berpendapat yang dimaksud dengan orang miskin yang tidak mendapat bagian ialah orang miskin yang tidak meminta-minta. Catat, mungkin ini adalah tetangga dekat kita, teman atau bahkan mungkin saudara sendiri. Terhadap mereka jangan pernah melupakannya, apalagi di momenum penuh kebahgiaan seperti lebaran.

Dengan demikian adalah suatu kekeliruan jika usai Ramadhan diisi dengan berbagai aktivitas hura-hura dalam hal apa saja, entah itu makanan, maupun perilaku konsumtif lainnya. Sikap peduli akan sulit muncul pada sanubari seseorang, kecuali hanya jika orang tersebut menguatkan imannya dengan sikap sederhana.

Selain sikap sederhana, tentu masih banyak sikap lain yang mesti dipelihara, mulai dari sikap sabar, pemaaf, santun dan rendah hati.

Dengan mempertahankan setidaknya dua hal di atas, insya Allah ketakwaan bisa terus kita pertahankan hingga bertemu Ramadhan dan menghadap keharibaan-Nya. Dan, jika itu terjadi, maka sungguh Ramadhan tahun ini benar-benar telah mengantarkan kita pada pribadi takwa.

Tidak ada komentar :