Manaqib - “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. 94: 5-6)
Imam al-Baghawi, Imam al-Ma’iny dan Syeikh Muhyiddin ad-Darwisy menyebutkan
bahwa, “Isim nakirah jika disebut dua kali maka yang kedua tidaklah
sama dengan yang pertama. Namun, jika isim makrifat disebut dua kali
maka yang kedua sama dengan yang pertama.”
(Al-Baghawy, Ma’alim
at-Tanzil, Vol. IV, hlm. 470, Muhyiddin ad-Darwisy, I’rabu al-Qur`an
al-Karim wa Bayanuhu, Beirut: Dar Ibnu Katsir, Cet. IX, 2005 M-1426 H,
Vol. VIII,hlm. 353)
Dari kaidah ini bisa ditarik sebuah
kesimpulan, setiap satu kesulitan terdapat dua kemudahan. Setidaknya
akan berupa penyelesaian yang terbaik serta pahala kebaikan yang hanya
diketahui Allah jika bersabar dalam menghadapinya. Setelah kesulitan dan
beban-beban dakwah yang berat di Makkah, Allah akan memberikan
kemudahan dan kemenangan di Madinah.
Kemudahan yang diberikan
Allah bahkan berlipat-lipat. Jika Nabi saw terlahir sebagai yatim,
beliau bahkan menyantuni banyak fakir miskin dan anak-anak yatim serta
para janda miskin. Allah berikan kekayaan, beliau diangkat derajatnya,
dilapangkan dadanya dan diringankan beban-bebannya. Apalagi setelah
diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah swt. Meski, tekanan justru datang
setelah itu. Tapi kemudahan dan kemenangan Allah jadikan setelahnya.
Bahkan, beliau menjelma menjadi rahmat –atas titah Allah- bagi segenap
alam semesta. Bukan hanya bagi manusia saja.
Jika pada mulanya
Islam ditekan, pengikutnya juga ditindas dan dihina, pengikutnya
orang-orang lemah dan terzhalimi. Tapi akhirnya, Allah mengubahnya
sesuai janjinya. Sebagai contoh kisah Fathu Makkah memberikan kebenaran
janji Allah. Dengan segala izzah, Rasul memasuki kota Makkah. Jika
sebelumnya orang-orang kuat penduduk Makkah menindas beliau dan para
pengikutnya, maka pada saat itu semuanya tertunduk pasrah.
Bahkan sebagian dari mereka ada yang melarikan diri. Kemuliaan yang tak
menjadikan beliau sombong dan lupa diri. Beliau justru memperbanyak
tasbih dan istighfar, bersyukur atas kemuliaan dan kemenangan yang
dikaruniakan Allah berupa mengukuhkan dan mengokohkan agama-Nya di muka
bumi ini.
Yakinlah, setiap satu kesulitan ada dua kemudahan
yang disiapkan Allah, kemudahan duniawi dan ukhrawi. Tak heran jika
kemudian beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas dan
Ibnu Mas’ud ra, “Beritakan kabar gembira, telah datang kemudahan. Takkan
pernah satu kesulitan mengalahkan dua kemudahan.”
(Ibnu Jarir
ath-Thabary, Jami’ al-Bayan,Op.Cit, Vol. 30, hlm. 286, Abul Qasim
Jarullah Az-Zamakhsyari, al-Kasyaf an Haqa`iq at-Tanzil wa ‘Uyun
al-Aqawil fi Wujuh at-Ta`wil, Cairo: Maktabah Mustafa Muhammad, Cet.I,
1354 H, Vol.IV, hlm. 221)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar