Manaqib - Bagi orang yang beriman, kemahakehadiran Allah
di mana saja (omnipresence) merupakan pondasi dasar yang ditanamkan
paling awal dalam pendidikan agama. Tanpa keyakinan akan adanya Allah
dan kemahahadirannya di mana saja dan
kapan saja, keberagaman hanya akan menjadi seperti jasad tanpa ruh,
bangunan tanpa pondasi atau atap tanpa tiang; rentan untuk roboh dan
hancur serta tak bisa bertahan walau hanya dengan goyangan kecil dalam
waktu sesaat.
Al-Qur’an QS 2: 115, “Dan milik Allah Timur dan
Barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah
Maha Luas, Maha Mengetahui,” QS 4: 126, “Dan milik Allah-lah apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan (pengetahuan) Allah meliputi
segala sesuatu,” serta QS 57:4, "Dan Dia bersamamu dimanapun kamu
berada, dan Allah Maha Melihat apapun yang kamu kerjakan" merupakan
sebagian ayat yang mewakili beberapa ayat lainnya yang senada yang
secara jelas menunjukkan sifat omnipresence Allah.
Keyakinan
akan kehadiran Allah dalam setiap aktifitas keseharian kita adalah
dimensi spiritual yang memiliki power sangat dahsyat untuk menggapai
kesuksesan dan kebahagiaan, baik sebagai pribadi atau sebagai komunitas
bersama. Kesuksesan perusahaan pun tidak menjadi pengecualian dari
kaidah ini.
John B Izzo dalam bukunya Awakening Corporate Soul
menyatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menghadirkan
kembali sesuatu yang sangat dilupakan dan disia-siakan kehidupan kerja
masyarakat sekuler modern, yaitu kehadiran Tuhan sebagai dimensi
spiritual.
Menurutnya, Tuhan hadir tidak hanya di tempat-tempat
peribadatan, melainkan juga di tempat kerja. Bukan hanya di depan
perusahaan, melainkan juga di setiap meja kerja yang banyak berderet di
kantor perusahaan. Kesadaran semacam ini akan menjadi jalan keluar yang
sangat efektif dari dua permasalahan besar yang dihadapi banyak
perusahaan akhir-akhir ini, yaitu krisis komitmen dan lambannya proses
penyadaran jiwa untuk bangkit dan sukses.
Kesadaran akan
kehadiran Allah seperti di atas akan melahirkan ethos dan habitus
positif yang akan mengantarkan manusia pada kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan kesadaran seperti itu seseorang akan merasa dirinya senantiasa
terpantau dan terawasi untuk kemudian menjadi kontrol diri untuk tidak
melakukan sesuatu yang menyimpang (negatif).
Lebih lanjut
adalah bahwa dirinya tidak merasa sendiri, melainkan ada Tuhannya yang
Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Penolong dan Maha Melindungi.
Perasaan seperti ini pada gilirannya akan melahirkan ketenangan,
kedamaian dan ketenteraman yang menjauhkan dirinya dari stress dan
depresi.
Kondisi hati yang tenang, damai dan tenteram itu
selanjutnya akan menjadi modal utama penggapaian prestasi yang maksimal
dalam setiap bidang yang digelutinya. Semua pakar dan konsultan sumber
daya manusia (human resource management) mengakui bahwa faktor
psikologis (soft skill) menjadi poin yang lebih menentukan kesuksesan
ketimbang faktor fisik (hard skill) dengan perbandingan persentase 80
persen melawan 20 persen.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar