RANGGEUYAN MUTIARA : (1) ulah ngewa ka ulama anu sajaman (2) ulah nyalahkeun kana pangajaran batur (3) ulah mariksa murid batur (4) ulah medal sila upama kapanah - KUDU ASIH KA JALMA NU MIKANGEWA KA MANEH - Pangersa Guru Almarhum

Jumat, 01 Agustus 2014

PENGINGKARAN JANJI HANYA AKAN MELAHIRKAN DERITA

Manaqib - Yang paling menyedihkan adalah diciptakannya surga seluas langit dan bumi, sementara kita tidak menemukan tempat di dalamnya.

Demikian ungkapan puitis yang banyak menyebar di jejaring sosial pasca-Ramadhan sebagai sindiran pada mereka yang tidak menggunakan momen Ramadhan sebagai bulan berbenah diri untuk menjadi lebih baik bagai ulat yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu setelah berpuasa selama dalam kepompong.


Semenjak seminggu sebelum Ramadhan berakhir, pejabat dalam berbagai lapisan, institusi dan organisasi dengan berbagai macamnya marak mengucapkan “Selamat Hari Raya ‘Idul Fithri Mohon Maaf Lahir dan Batin Minal Aidin wal Faidzin” melalui berbagai media. Ucapan itu disampaikan dengan penuh senyum seakan negeri ini memang sudah terbebas dari amarah, kebencian, dan dendam.

Setelah tiba hari raya, para pejabat rata-rata menggelar acara open house untuk menyambut rakyat yang berkehendak silaturrahmi. Masyarakat umum, terutama para karyawan atau pekerja di kota, tetap patuh pada tradisi mudik untuk meminta maaf pada sanak kerabat yang yang ada di kampung halamannya. Masyarakat desa terbiasa keliling dari rumah ke rumah untuk saling memaafkan dan menyambung kembali tali kasih sayang yang mungkin saja semakin melemah karena berbagai sebab.

Indonesia seakan kembali menjadi potongan tanah surga yang dihuni oleh manusia-manusia surga yang terbebas dari karakter antagonis yang diperankan oleh para iblis dan setan. Salam, sapa dan senyum menjadi motto bersama. Jujur, terbuka dan apa adanya menjadi perilaku kesehariannya. Saling perhatian, saling membantu dan membahagiakan menjadi semangat kesemuanya. Bisakah potret sosial seperti ini bertahan lama sampai hari raya yang akan datang?

Potret sosial yang berkarakterkan keteraturan dan kebahagiaan hidup hanya bisa dicapai manakala hati orang-orang yang mengisi kehidupan itu adalah hati yang bersih dan baik. Al-Qur’an surat Al-Fath ayat 18-19 menjaminkan tiga hal utama yang akan diberikan oleh Allah pada orang-orang yang beriman: ketenangan, kemenangan dan kecukupan. Tiga hal ini adalah pilar-pilar bahagia dalam makna yang sesungguhnya.

Karakter manusia-manusia surga, yang dijamin Allah memasuki surga bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari orangtua-orangtuanya, istri-istrinya dan anak keturunannya di antaranya bisa dibaca dalam al-Qur’an surat al-Ra’d ayat 20-22: memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, mengadakan hubungan silaturrahim atau menyambung tali persaudaraan, takut pada Tuhan dan takut pada hisab yang buruk, sabar, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rizki, dan menolak kejahatan dengan kebaikan.

Komitmen diri untuk melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan dan integritas diri yang terjaga berupa kejujuran dan keengganan merusak janji yang telah terucap dalam hubungannya dengan orang lain adalah etika utama manusia-manusia surga. Tidak ada yang bisa diharapkan dari para pembohong kecuali kehancuran dan penderitaan. Pengingkaran akan janji hanya akan melahirkan derita dan sakit hati pada diri sendiri dan orang lain.

Tidak ada komentar :