Manaqib - Dalam sebuah riwayat diceritakan
ada seorang pemuda yang malang melintang hidupnya selalu tenggelam di dalam doa
dan kemaksiatan. Masyarakat mengusir pemuda ini ke luar pengkampungan warga.
Dalam keadaan lemah si pemuda ini merenungi nasibnya di tepi sebuah telaga.
Ia menyaksikan ada seekor anjing kehausan dari tadi berusaha untuk menggapai
air telaga tetapi terlalu dalam untuk dicapai bagi seeokor anjing.
Akhirnya si pemuda ini didorong rasa iba, ia membuka sepatunya lalu mengambil
air dari telaga itu, kemudian diberikan kepada anjing itu. Ia senang sekali
menyaksikan anjing itu minum dengan begitu lahapnya dari air yang ada di dalam
sepatu pemuda itu. Mendengar cerita ini maka Nabi mengomentari bahwa pemuda itu
kelak adalah penghuni surga.
Pelajaran penting dari cerita yang dikisahkan dalam hadis ini menunjukkan
kepada kita bahwa dosa sebanyak apapun dan sebesar apapun jika disadari lalu
diimbangi dengan perbuatan baik, baik terhadap sesama maupun makhluk hidup
Tuhan lain seperti anjing yang baru saja ditolong pemuda tadi, akan menuai
ampunan Tuhan.
Pengampunan Tuhan seperti yang ditujukan kepada pemuda tadi disebabkan
karena si pemuda itu menyadari seluruh dosa dan kesalahannya. Ia tidak
frustrasi terhadap pengampunan Tuhan dan ia pun mengganti perbuatan jahatnya
dengan perbuatan baik, meskipun itu baru dilakukan kepada binatang. Apa yang
dilakukan pemuda itu sesungguhnya itulah yang disebut dengan tawwab.
Tawwab berasal dari akar kata yang sama dengan taubah, yakni dari
kata taba-yatubu berarti kembali. Dari akar kata ini membentuk kata al-taib
(ism fa’il) yang dalam istilah agama Islam berarti orang-orang yang
kembali ke jalan yang benar setelah malang melintang di dunia kegelapan dosa
dan maksiat. Ia kembali kepada jalan Tuhan setelah melakukan zig-zag ke jalan
iblis.
Dari akar kata yang sama juga terbentuk kata tawwab dalam istilah
tasawuf berarti orang-orang yang bolak-balik kembali ke jalan yang benar karena
dipicu oleh penyesalan yang mendalam disertai ketakutan akan murka Tuhan,
kemudian mengganti karakter buruknya menjadi karakter baik.
Taib hanya sesekali melakukan pertobatan diri, sedangkan tawwab
setiap kali melakukan dosa, termasuk dosa paling ringan sekalipun, ia selalu
kembali dan menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Ia sadar betul bahwa ajal bisa
datang tiba-tiba tanpa persiapan sebelumnya, karena itu, ia selalu berusaha
untuk selalu kembali (tawwab) setiap kali melakukan dosa/maksiat.
Di dalam Al-Qur’an Allah menjanjikan cinta dan kasih
sayang kepada orang-orang yang bolak-balik selalu bertobat (al-tawwabin), bukannya kepada orang-orang yang sekali
atau sesekali bertaubat, sebagaimana firmannya: Innallah
yuhib al-tawwabin wa yuhibb al-muthathahhirin (Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang selalu bertaubat dan selalu membersihkan diri). Ayat
ini juga menjanjikan cinta kepada orang-orang yang rajin membersihkan diri (al-muthathahhirin), yaitu orang-orang yang selalu
mensucikan niat dan tingkah lakunya di hadapan Allah Swt.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar