Renungkan hadits berikut ini:
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ
فَسِيلٌ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَلَّا تَقُومَ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْرِسَهَا، فَلْيَفْعَلْ
Jika kiamat tiba sedangkan di tanganmu terdapat segenggam benih kurma, hendaklah kamu tanam jika kamu mampu. (HR. Ahmad No. 12981, Abu Daud Ath Thayalisi dalam Musnadnya No. 2181, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 479. Imam Al Haitsami menyatakan bahwa para rijal hadits ini atsbaat tsiqaat (kuat lagi terpercaya). Dishahihkan Syaikh Syuaib Al Arnauth, katanya sesuai standar Imam Muslim. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 12981)
Lihatlah nasihat ini, walaupun kiamat tengah atau akan
terjadi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tetap menganjurkan kita menanam
kurma jika mampu. Padahal apa manfaatnya menanam kurma ketika kiamat atau akan
kiamat, yang tumbuh kembang dan buahnya butuh waktu lama? Siapa yang bisa menikmatinya
padahal semua manusia sudah tidak ada?
Hadits ini, tidak lain adalah untuk menunjukkan betapa
berharganya nilai amal manusia yang mendatangkan manfaat walau kecil dan bahkan
tidak ada hasilnya. Hadits ini juga menanamkan jiwa optimisme kepada umat Islam
agar tidak mudah putus asa. Jika ini ditanamkan pada urusan dunia, tentu
apalagi pada urusan agama dan akhirat, dakwah dan jihad, amar ma’ruf dan nahi
munkar, serta ketaatan lainnya. Tentu titik tekan motivasinya lebih kuat lagi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar