أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ». قَالَ قَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُبْقِى ذَلِكَ مِنَ الدَّرَنِ
“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi
yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia
mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu
tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim no. 668).
Dua hadits di atas menerangkan
tentang keutamaan shalat lima waktu di mana dari shalat tersebut bisa diraih
pengampunan dosa. Namun hal itu dengan syarat, shalat tersebut dikerjakan
dengan sempurna memenuhi syarat, rukun, dan aturan-aturannya. Dari shalat
tersebut bisa menghapuskan dosa kecil -menurut jumhur ulama-, sedangkan dosa
besar mesti dengan taubat. (Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhis Sholihin
karya Syaikh Musthofa Al Bugho dkk, hal. 409.)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar