RANGGEUYAN MUTIARA : (1) ulah ngewa ka ulama anu sajaman (2) ulah nyalahkeun kana pangajaran batur (3) ulah mariksa murid batur (4) ulah medal sila upama kapanah - KUDU ASIH KA JALMA NU MIKANGEWA KA MANEH - Pangersa Guru Almarhum

Minggu, 02 Februari 2014

SUNNAH NABI DALAM MEMPERLAKUKAN BINATANG

Manaqib - Dalam Islam hewan sama seperti halnya manusia, harus dihormati dan dipenuhi hak-haknya. Binatang membutuhkan asupan makanan dan minuman layak konsumsi agar dapat hidup dengan baik. Rasul SAW telah memberi contoh soal menangani dan memelihara hewan. Dalam buku berjudul “Muhammad al-Insan al-Kamil” karya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, kita temukan sejumlah peristiwa yang langsung dialami oleh Rasulullah ketika berinterkasi dengan hewan. Interaksi ini sekaligus menjadi teladan bagi para pemelihara binatang dalam menangani hewan secara manusiawi.


Dalam buku yang sudah diterjemahkan oleh Hasan Baharun dengan judul Insan Kamil: Sosok Keteladanan Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam, setidaknya ada Lima riwayat dalam menyayangi dan memperlakukan hewan.


Riwayat pertama, pada suatu saat beliau melewati sebuah jalan lalu melihat ada seekor onta yang kurus kering, merana terlilit rasa lapar yang sangat. Melihat kondisi mengenaskan yang dialaminya Rasul angkat bicara, “Takutlah kalian kepada Allah dalam memperlakukan hewan-hewan ini. Tunggalilah ia dengan baik-baik. Makanlah dagingnya juga dengan baik-baik.” (HR. Abu Dawud)


Riwayat kedua, masih tentang seekor onta. Kali ini Rasul memasuki kebun milik seorang Kaum Anshar. Di dalamnya ada seekor onta yang tengah merintih dan menitikkan air mata. Nabi turun dari kendaraannya lalu mengelus-elus bagian belakang telinganya sampai ia merasa tenang. Sejurus kemudian, Nabi bertanya, “Siapa pemilik onta ini?” Seorang Anshar datang mengaku sebagai pemiliknya. Nabi berkata kepadanya, “Apakah kamu tidak takut kepada Allah dalam memperlakukan hewan  yang telah dianguerahkan kepadamu ini? Baru saja ia mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya kelaparan dan kepayahan karena banyaknya pekerjaan dan tumpukan beban di luar kemampuannya.” (HR. Ahmad, Adu Dawud dan Hakim).


Selain kedua riwayat tersebut, dalam riwayat yang lain Nabi pernah menjumpai beberapa orang sedang berbincang-bincang dengan kondisi duduk di atas hewan masing-masing. Melihat kejadian ini Nabi tidak diam diri. Beliau melakukan advokasi  atas hewan-hewan malang yang ditunggangi secara tidak semestinya. Nabi berkata kepada mereka, “Naikilah mereka dengan baik dan biarlah beristirahat melepas lelah dengan baik-baik. Jangan kalian menjadikan punggungnya sebagai kursi ketika kalian sedang saling berbicara. Bisa jadi yang dinaiki lebih banyak berzikir kepada Allah daripada orang yang naik di atasnya.” (HR. Ahmad, Abu Ya`la dan Thabrani).


Riwayat keempat, ada seorang anak mengambil dua ekor burung dari sarangnya, sehingga induknya mencari-cari ke sana kemari. Nabi bertanya, “Siapakah yang sudah mengusik ketenangan burung itu, siapakah yang mengganggunya? Kembalikan kedua anaknya ke tempat semula.” Dalam kesempatan yang lain, Nabi melarang kita untuk menyia-siakan hidup seekor burung, dijadikan sasaran permainan. Sabda beliau, “Siapa yang membunuh burung dengan sia-sia, maka burung itu akan datang pada Hari Kiamat dengan suara yang keras mengadu kepada Tuhan, ‘Ya Tuhan si fulan merampas nyawaku, menganiayaku dan membunuhku tanpa suatu yang bisa dimanfaatkan olehnya sehingga aku mati sia-sia.” (HR. Abu Dawud).


Riwayat kelima, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Tajamkanlah pisau terlebih dahulu, sebelum hewan yang disembelih itu akan dibaringkan.” (HR. Thabrani).

Semua riwayat di atas menjadi petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita tidak berlaku semena-mena kepada siapa saja termasuk kepada binatang. Karenanya, Allah murka kepada seseorang yang menyiksa hewan kucing piaraannya sampaia mati mengenaskan. Si kucing yang malang itu tidak dberi makan, dibiarkan lapar sampai mati menggelepar. Allah masukkan ia ke dalam neraka karena perbuatannya ini.


Adalah sebuah keniscayaan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam memang seorang Rasul yang menjadi penyebar kasih sayang kepada seluruh makhluk di alam semesta, termasuk hewan. Islam tidak memberi tempat sekecil apapun terhadap kesewenang-wenangan atas semua makhluk.

Tidak ada komentar :