RANGGEUYAN MUTIARA : (1) ulah ngewa ka ulama anu sajaman (2) ulah nyalahkeun kana pangajaran batur (3) ulah mariksa murid batur (4) ulah medal sila upama kapanah - KUDU ASIH KA JALMA NU MIKANGEWA KA MANEH - Pangersa Guru Almarhum

Rabu, 10 September 2014

ISTIQOMAH DALAM IBADAH MAMPU MENATA DIRI, WAKTU DAN HATI

Manaqib - Satu di antara fitrah manusia adalah menyukai kebaikan. Manusia yang hidup mata hatinya akan gemar sekali melakukan kebaikan. Bahkan, sekiranya mampu ia akan mengamalkan kebaikan sebanyak-banyaknya.

Akan tetapi, watak dasar manusia adalah cepat lelah dan mudah sekali bosan. Untuk, itu Islam sebagai jalan hidup memberikan panduan yang sangat manusiawi, terutama dalam soal ibadah. Allah tidak menuntut melebihi kemampuan manusia dalam hal ibadah, tetapi ahsanu amala, yakni yang terbaik yang bisa kita lakukan (QS. 11: 7 & QS. 67: 2).


Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan, utamanya dalam tafsir QS. Al-Mulk [78] :2) bahwa yang dimaksud paling baik amalnya disandarkan pada apa yang dikatakan oleh Muhammad bin Ajlan, yakni bukan pada jumlahnya atau banyaknya, tetapi kebaikannya.

Dalam keseharian Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam memang tidak melakukan suatu ibadah melainkan senantiasa ditekuninya secara istiqomah. Beberapa di antaranya sholat tahajjud, sholat sunnah fajar, sholat dhuha, termasuk membaca istighfar antara 70 – 100 kali. Beliau senantiasa melakukannya sepanjang hayat.

Dengan demikian, sejatinya sangat mudah dan nyaman menjadi Muslim itu. Karena Islam tidak menuntut sesuatu yang diluar kemampuan kita. Dan, dengan kita menekuni suatu amal ibadah dengan sendirinya kita akan terlatih untuk menata diri, menata waktu dan menata hati.

Dengan demikian, dunia tidak akan mendominasi cara berpikir kita, meskipun sebut saja, setiap hari kita hanya mendalami satu ayat Al-Qur’an, lalu mengamalkan, mengajarkan dan mendakwahkannya. Seperti hukum air menetes yang terus menerus, bongkahan batu pun akan terlubangi. Demikian pula halnya dengan ibadah yang dilakukan secara tekun meski sedikit.

Beribadahlah semampu kita, lalu tekunlah dalam mengamalkannya. “Laksanakanlah ibadah sesuai dengan tingkat kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah tidak akan pernah bosan (menerima amalmu) sampai kalian (sendiri) yang merasa bosan.” (HR. Thabrani).

Tidak ada komentar :